Mengapa Dunia Terobsesi dengan Garam Bambu?

Table of Contents

 

Proses Produksi Garam Bambu di Korea


Mengapa Dunia Terobsesi dengan Garam Bambu?

Garam bambu, yang dihasilkan melalui proses pengolahan yang unik, telah mendapatkan perhatian global karena klaim akan manfaat kesehatan yang signifikan. Proses pembuatan garam ini melibatkan pengisian garam laut ke dalam tabung bambu yang kemudian dibakar di atas api kayu. Proses ini dilakukan berulang kali dalam suhu yang sangat tinggi, sekitar 1.000°C, untuk meningkatkan kualitas dan mineralisasi garam tersebut (Lee et al., 2019; ,Lee et al., 2020). Garam ini tidak hanya sekadar bumbu dapur, tetapi juga digunakan dalam pengobatan tradisional dan memiliki berbagai efek terapeutik.

Salah satu daya tarik utama garam bambu adalah kandungan mineralnya yang lebih tinggi dibanding garam biasa. Analisis menunjukkan bahwa garam bambu mengandung mineral seperti kalium, kalsium, dan magnesium dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding garam murni (Lee, 2022),Lee et al., 2020). Mineral-mineral ini dianggap berperan dalam memelihara kesehatan, termasuk dalam pengaturan tekanan darah, mengurangi peradangan, dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh (Kim et al., 2016; ,(Zhao et al., 2013).

Penelitian menunjukkan bahwa garam bambu memiliki efek anti-inflamasi yang signifikan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Choi, garam bambu menunjukkan kemampuan untuk mengurangi produksi sitokin pro-inflamasi dalam sel fibroblas gingiva manusia, yang menunjukkan potensi garam bambu dalam mengatasi kondisi peradangan, seperti radang gusi (Lee & Choi, 2015). Selain itu, dilaporkan bahwa garam ini dapat memperlambat kerusakan hati yang disebabkan oleh bahan toksik lainnya, yang mengindikasikan potensi aplikatifnya dalam bidang kesehatan hati (Zhao et al., 2013).

Garam bambu juga menarik perhatian dalam konteks pengobatan kanker. Dalam beberapa studi, termasuk yang dilakukan oleh Kim et al., ditemukan bahwa garam bambu memiliki efek anti-kanker pada model sel melanoma dan menunjukkan sifat anti-metastasis dalam model hewan (Kim et al., 2021; ,(Zhao et al., 2013). Potensi ini dinilai dari kemampuannya untuk meningkatkan aktivitas seluler yang terlibat dalam apoptosis, proses di mana sel-sel kanker dihilangkan dari tubuh (Zhao et al., 2013).

Dari sudut pandang nutrisi, garam bambu menonjol karena kemampuannya untuk meningkatkan rasa dan kualitas makanan. Dalam penelitian yang mengamati efek garam bambu pada daging yang diawetkan, ditemukan bahwa daging yang diolah dengan garam bambu memiliki kehilangan masak yang lebih rendah dibandingkan dengan yang menggunakan garam biasa. Ini bisa disebabkan oleh pH yang lebih tinggi, yang memperbaiki pemeliharaan kelembapan dalam daging (Choi et al., 2016).

Persepsi masyarakat dan tren penggunaan garam bambu ini tidak terlepas dari gerakan yang lebih luas mengenai konsumsi makanan sehat dan alami. Di tengah meningkatnya kesadaran akan efisiensi manfaat bahan-bahan alami, garam bambu muncul sebagai alternatif yang menarik untuk garam olahan yang sering kali mengandung bahan tambahan yang tidak sehat. Garam bambu, dengan kredibilitasnya dalam pengobatan tradisional dan kekayaan mineral, mendapat tempat khusus dalam hati konsumen yang mencari opsi makanan yang lebih bermanfaat dan lebih sedikit diproses (Lee, 2022).

Sebagai kesimpulan, garam bambu telah menjadi subjek perhatian global bukan hanya untuk rasanya, tetapi juga untuk banyak manfaat kesehatan yang ditawarkannya. Dengan kemampuannya sebagai sumber mineral yang kaya dan potensi terapeutiknya, garam bambu merepresentasikan pergeseran menuju pola konsumsi makanan yang lebih sehat dan lebih alami. Tren ini kemungkinan akan terus tumbuh, menyematkan garam bambu dalam gaya hidup sehat di seluruh dunia.


Referensi

  1. Choi, Y., Jeong, T., Hwang, K., Song, D., Ham, Y., Kim, Y., … & Kim, C. (2016). Effects of various salts on physicochemical properties and sensory characteristics of cured meat. Korean Journal for Food Science of Animal Resources, 36(2), 152–158. https://doi.org/10.5851/kosfa.2016.36.2.152
  2. Kim, H., Han, D., Kim, J., Yoo, M., Lee, J., Kim, H., … & Jeong, H. (2021). An anti-cancer effect of sambou bamboo salt™ in melanoma skin cancer both in vivo and in vitro models. Journal of Food Biochemistry, 45(9). https://doi.org/10.1111/jfbc.13903
  3. Kim, N., Nam, S., Ryu, K., Kim, H., & Jeong, H. (2016). Effects of bamboo salt and its component, hydrogen sulfide, on enhancing immunity. Molecular Medicine Reports, 14(2), 1673–1680. https://doi.org/10.3892/mmr.2016.5407
  4. Lee, H., & Choi, C. (2015). Anti-inflammatory effects of bamboo salt and sodium fluoride in human gingival fibroblasts – an in vitro study. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 31(6), 303–308. https://doi.org/10.1016/j.kjms.2015.03.005
  5. Lee, H., Park, A., & Oh, H. (2019). Effects of bamboo salt with sodium fluoride on the prevention of dental caries. Journal of Dental Hygiene Science, 19(4), 288–293. https://doi.org/10.17135/jdhs.2019.19.4.288
  6. Lee, S., Kim, G., & Kim, H. (2020). Physicochemical properties analysis of bamboo salt on chicken emulsion sausage. Journal of Animal Science and Technology, 62(1), 103–110. https://doi.org/10.5187/jast.2020.62.1.103
  7. Lee, Y. (2022). Supportive home remedies for orofacial pain during the coronavirus disease 2019 pandemic: their value and limitations. International Journal of Dentistry, 2022, 1–10. https://doi.org/10.1155/2022/2005935
  8. Zhao, X., Kim, S., & Park, K. (2013). Bamboo salt has in vitro anticancer activity in HCT-116 cells and exerts anti-metastatic effects in vivo. Journal of Medicinal Food, 16(1), 9–19. https://doi.org/10.1089/jmf.2012.2316
  9. Zhao, X., Song, J., Kil, J., & Park, K. (2013). Bamboo salt attenuates CCl4-induced hepatic damage in Sprague-Dawley rats. Nutrition Research and Practice, 7(4), 273. https://doi.org/10.4162/nrp.2013.7.4.273

Posting Komentar